Belajar dari Alam dan Budaya melalui Kemah Budaya
18 April
waktu :
AGENDA : Belajar dari Alam dan Budaya melalui Kemah Budaya
LOKASI : Buper Rama Shinta
Maaf, Acara telah lewat

Kegiatan perkemahan penggalang pramuka SMP Negeri 3 Gamping dilaksanakan di Komplek Candi Prambanan yakni di bumi perkemahan Rama Shinta.  Pemilihan tempat tersebut lantaran tema yang diusung yakni kemah budaya. Pembina Pramuka, Bapak Robertus Triyana, S.Pd.,Gr menerangkan bahwa untuk mendekatkan penggalang dengan budaya yang ada di Indonesia sehingga pembina memutuskan memilih tempat yang memiliki sejarah budaya.

“Peserta bisa praktik lapangan kepramukaan sekaligus memahami, melihat dan mempelajari salah satu budaya Hindu terbesar di Indonesia yakni di Candi Prambanan,” jelas Bapak Tri. Kegiatan perkemahan Perkemahan merupakan salah satu kegiatan puncak pada program ektrakurikuler Kepramukaan yang terlaksana pada Senin – Rabu, 20 – 22 Mei 2024.

Kegiatan kemah budaya diawali dengan perjalanan peserta yakni penggalan ramu dari sekolah ke bumi perkemahan menggunakan bus. Setibanya di buper, penggalang melaksanakan pembuatan tenda kemudian mengikuti materi. Materi pertama yakni pioneering dan dilanjutkan dengan sandi. Saat sore hari dilakukan upacara pembukaan atau upacara api ungun. Sedangkan di malam hari, pentas seni digelar sebagai bagian dari tema kemah budaya.

Pada hari kedua, peserta mengikuti olahraga dan materi. Materi hari kedua yakni cagar budaya yang disampaikan oleh pembina pramuka. Setelah materi, peserta diajak tour candi untuk melihat langsung candi yang dibangun pada abad ke-9 masehi tersebut. Usai berkeliling, penggalang mengikuti materi hasta karya dan tekpram untuk dinilai oleh tim penilai. Sorenya, mereka fokus memahami materi gladi tanggung yang dilanjutkan dengan lomba memasak singkong sesuai dengan kreasi kelompoknya.

Pada hari terakhir, peserta mengikuti olahraga dan apel pagi seperti biasanya, kemudian melaksanakan pintas alam sebagai materi terakhir sebelum berkemas meninggalkan bumi perkemahan.

Belajar Dari Pertunjukan Sendratari Ramayana

Hari kedua pada malam hari, penggalang berkesempatan untuk menyaksikan sendratari Ramayana. Pak Tri mengungkapkan dari hasil budaya salah satunya sendratari, anak-anak dapat belajar pengemasan suatu pegelaran. “mereka dapat belajar bagaimana penyiapan panggung, alat musik, pemain tari, lighting, MC jadi semacam EO (event organizer, red) sehingga mereka mendapat pengetahuan dalam membuat acara budaya yang bagus dan wah,” ujarnya.

foto: berpose bersama saat menyaksikan sendratari ramayana

Baik peserta maupun pembina, pendamping dan panitia kegiatan tampak antusias dan senang saat melihat sendratari yang mengisahkan tentang perjalanan Rama menyelamatkan istrinya Shinta yang diculik oleh Raja Negera Alengka yakni Rahwana. Sendratari dipentaskan menjadi enam episode yakni hilangnya Dewi Shinta, Hanuman Duta, Hanuman Obong, Pembuatan Jembatan menuju Alengka, Gugurnya Kumbakarna dan Ujian Kesetiaan Shinta atau Shinta Obong.

Pengemasan sendratari begitu spektakuler sehingga memuaskan penonton yang melihatnya. Sendratari ini tidak hanya dapat dipelajari dari sisi tarian dan komponen pendukungnya namun juga memberikan cerita dan pesan yang mendalam tentang perjuangan, kesetiaan, kejujuran dan nilai baik lainnya. “Anak-anak selain belajar tentang alam juga belajar tentang budaya di Negara kita sendiri sehingga memancing kreatifitas.” ungkap Pak Tri.

Kegiatan kemah budaya berjalan dengan lancar tanpa kendala yang berarti, Pak Tri mengharapkan bahwa ke depannya kegiatan perkemahan dikemas untuk dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. “Kegiatan yang menantang dalam ranah sosial budaya perlu dipikirkan. Misalnya bakti sosial dari siswa untuk masyarakat atau atau anak-anak visit langsung ke rumah warga dan membantu masyarakat setempat,” harapnya.

Ia juga berharap pramuka dapat dirasakan manfaatnya langsung bagi warga. Peserta pramuka juga mendapatkan pembelajaran dengan bersosialisasi dan terjun langsung ke masyarakat untuk melaksanakan dasa dharma pramuka. “Untuk rangkaian kegiatannya sudah bagus, hanya perlu ditambahkan pelibatan anak-anak ke masyarakat sehingga mereka benar-benar membawa kemanfaatan ke warga setempat,” terangnya. (Wulan Rahayu)